Senin, 16 Juli 2012

MALAM SUNYI TANPA REMBULAN

Rinai hujan membasuh lembut tubuh malam yang telanjang Bumi menggigil di balik selimut kelam terhampar memanjang Rembulan enggan menampakkan keelokannya, terlelap diantara gumpalan awan kelam membayang Langit hanya menampilkan warna hitam sejauh-jauh mata memandang Tak nampak warna pelangi yang tersisa di ujung senja, tak jua ada kemilau gemintang Pepohonan tertunduk lesu, diam membisu bagai tentara kalah berperang Dingin terus merasuk, menembus jantung malam, menerjang ke segala arah, memasuki semua ruang Sunyi senyap merayap perlahan, membungkam malam hingga pagi menjelang Di separuh perjalanan malam, aku terjaga, geriap dosa nampak membayang Menebarkan jelaga, membentuk kubangan hitam, mengotori jalanan lengang Sementara di luar langit masih terlihat gelap, tanpa rembulan, tak ditemani kedip gemintang. Hening malam menikam, menghunjam ke seluruh tubuh, menyadarkan diri akan kebesaran Sang Maha Penyayang. Dadaku terguncang, lembar kemaksiatan mesti segera kubuang, agar galau tak lagi bersarang dan hidup makin terasa tenang Di penghujung malam aku bersyukur, merangkai doa di tengah sujud sembahyang Memohon ampunan ke haribaan Tuhan, mengharap cinta dari Yang Maha Esa, sambil menunggu adzan subuh berkumandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar